Awalnya, sampah ditaruh di belt converter atau alat pengubah untuk dipilah antara sampah organik dan nonorganik. Setelah terpisah, barulah sampah yang nonorganik dimasukkan ke dalam alat insinerator yang dibakar dengan suhu 600 derajat Celsius di atas bara api yang cukup panas.
Sampah nonorganik yang dibakar ini lalu diproses ke mesin katel uap. Setelah uap dihasilkan barulah diproses kembali ke dalam turbin uap dengan kecepatan minimal enam bar yang tersambung dengan generator hingga mampu menghasilkan tenaga listrik.
Menurut Bambang, dari empat meter kubik sampah kering bisa menghasilkan dua kilowatt tenaga listrik yang mampu bertahan empat hingga enam jam. Sayangnya, biaya produksi alat ini masih relatif mahal sebesar Rp 250 juta untuk satu alat insinerator lengkap.(ADI/ANS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar